Selasa, 23 April 2013

Syahril, Mantan Sopir yang Kini Pengusaha

KERJA keras itu pakai otak, bukan pakai otot. Artinya jika tak ingin mengandalkan otot ya harus punya ilmu. Syahril (39) selalu menekankan prinsip itu dalam hidupnya. Pekerjaan yang hanya mengandalkan otot harus ditinggalkan. Belajar, mencari ilmu, meski bukan melalui pendidikan formal. Ilmu bisa didapat di lingkungan pergaulan.
Laki-laki berdarah Padang kelahiran Kerinci, 3 Agustus 1973 ini pun akhirnya sukses menjadi pengusaha mobil bekas. Tasya Mobil yang ada di Jalan Merapi Raya No 58 RT 05 Kebun Tebeng Kota Bengkulu merupakan hasil kerja kerasnya. Tentu kesuksesan itu tak diraihnya dengan mudah.
“Saya datang ke Bengkulu tahun 1995. Tujuannya memang untuk bekerja,” ungkap Syahril dalam perbincangan dengan Rakyat Bengkulu kemarin (10/4) di showroom miliknya.
Kala itu Syahril diterima bekerja di dealer sepeda motor PT Patria Anugerah Sentosa (PAS) di Pintu Batu sebagai sopir. Setiap bulan dia hanya menerima gaji sebesar Rp 125 ribu. Kurang lebih 3 tahun dia bertahan dengan pekerjaan itu. “Waktu itu yang terbersit hanya kerja dan dapat uang. Jadi sopir pun saya lakukan,” katanya.
Beragam pekerjaan pernah dicoba suami Ahyaina (27 Tahun) ini. Usaha salon mobil keliling pernah dilakoninya. Vespa butut merupakan “kendaraan dinas” yang dipakai Syahril kala itu. “Keliling pakai Vespa ke rumah-rumah orang. Hasilnya lumayan,” ujarnya.
Tahun 1998 dia pindah bekerja di Andea Mobil. Pernah ditempatkan di bagian kebersihan hingga akhirnya naik jabatan di bagian kolektor, penjualan hingga administrasi. “Dua tahun saya di Andea. Mulai dari ngelap-ngelap, hingga akhirnya dipercaya di bagian kolektor dan penjualan,” ungkapnya.
Pemilik Andea Mobil Syahmud diakuinya merupakan “guru besarnya” dalam bisnis penjualan mobil bekas ini. Menurutnya, bimbingan Syahmud merupakan pelajaran berharga baginya. “Saya sering dimarahi, tapi saya ambil positifnya itu untuk kebaikan sehingga membuat saya jadi lebih hati-hati,” katanya.
Kesalahan yang dilakukan membuatnya makin belajar. Baginya mendapatkan ilmu itu lebih penting dan lebih berharga. “Kita kerja tanpa omelan dari pimpinan tidak akan bisa pintar. Kerja tanpa masalah tidak akan maju. Ada masalah justru tambah ilmu. Orang sukses karena dia punya ilmu. Ilmu tidak bisa datang sendiri. Saya mulai menanamkan prinsip kerja itu pakai otak bukan otot,” tegas Syahril.
Pengalaman demi pengalaman memberikan banyak pelajaran bagi ayah 3 anak ini. Tahun 2000 Syahril pindah lagi di Indra Mobil, ditempatkan di bagian penjualan. Hingga akhirnya dipercaya menjadi manager. “Pegang show room di Indra Mobil. Sekitar 6 tahun saya di sana,” tambahnya.
Keinginan membuka usaha sendiri mulai tumbuh. Tahun 2006 dia pun memberanikan diri untuk membuka usaha jual beli sepeda motor bekas. Berawal dari 2 unit, bertambah 5 unit, tambah lagi 10 unit, hingga akhirnya bisa menjual 30 unit. “Modal saya Rp 18 juta dari hasil kerja 6 tahun. Buka pondok di Panorama. Alhamdulillah perkembangannya bagus,” ujar Syahril.
Satu tahun kemudian dia pun bisa menjalin kerjasama dengan leasing dan pindah lokasi di Tanah Patah persis di depan kantor Federal International Finance (FIF). “Mulai kerjasama dengan FIF. Pernah ditanya pimpinan FIF waktu itu, modal kamu berapa? Saya jawab, modal uang tidak punya. Tapi saya yakin dengan skill yang saya miliki,” ungkapnya.
Sejak bekerjasama dengan leasing, penjualan sepeda motor bekas yang dikelolanya makin bergeliat. Bahkan kendaraan di show room bisa tersedia 80 unit hingga 100 unit. Namun sayang, nasib baik tak selalu berpihak padanya. Dia pernah ditipu Rp 25 juta. Cobaan itu dihadapinya dengan ikhlas.
Pengalaman bekerja di show room mobil membuat Syahril makin mantap untuk beralih ke penjualan mobil. Dari 2 unit akhirnya bertambah 10. Modal yang dikucurkannya pun sudah mencapai Rp 2 miliar. “Saya pindah ke Tebeng tahun 2009. Masih jual sepeda motor, mobil masih satu dua unit. Tapi kini fokus di mobil, sepeda motor sudah tidak lagi,” tutupnya.
Sumber: Harian rakyat bengkulu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Free Backlinks