KERJA keras itu pakai otak, bukan pakai otot.
Artinya jika tak ingin mengandalkan otot ya harus punya ilmu. Syahril (39)
selalu menekankan prinsip itu dalam hidupnya. Pekerjaan yang hanya mengandalkan
otot harus ditinggalkan. Belajar, mencari ilmu, meski bukan melalui pendidikan
formal. Ilmu bisa didapat di lingkungan pergaulan.
Laki-laki berdarah Padang kelahiran Kerinci, 3 Agustus 1973
ini pun akhirnya sukses menjadi pengusaha mobil bekas. Tasya Mobil yang ada di
Jalan Merapi Raya No 58 RT 05 Kebun Tebeng Kota Bengkulu merupakan hasil kerja
kerasnya. Tentu kesuksesan itu tak diraihnya dengan mudah.
“Saya datang ke Bengkulu tahun 1995. Tujuannya memang untuk
bekerja,” ungkap Syahril dalam perbincangan dengan Rakyat Bengkulu kemarin
(10/4) di showroom miliknya.
Kala itu Syahril diterima bekerja di dealer sepeda motor PT
Patria Anugerah Sentosa (PAS) di Pintu Batu sebagai sopir. Setiap bulan dia
hanya menerima gaji sebesar Rp 125 ribu. Kurang lebih 3 tahun dia bertahan
dengan pekerjaan itu. “Waktu itu yang terbersit hanya kerja dan dapat uang.
Jadi sopir pun saya lakukan,” katanya.
Beragam pekerjaan pernah dicoba suami Ahyaina (27 Tahun)
ini. Usaha salon mobil keliling pernah dilakoninya. Vespa butut merupakan
“kendaraan dinas” yang dipakai Syahril kala itu. “Keliling pakai Vespa ke
rumah-rumah orang. Hasilnya lumayan,” ujarnya.
Tahun 1998 dia pindah bekerja di Andea Mobil. Pernah
ditempatkan di bagian kebersihan hingga akhirnya naik jabatan di bagian
kolektor, penjualan hingga administrasi. “Dua tahun saya di Andea. Mulai dari
ngelap-ngelap, hingga akhirnya dipercaya di bagian kolektor dan penjualan,”
ungkapnya.
Pemilik Andea Mobil Syahmud diakuinya merupakan “guru
besarnya” dalam bisnis penjualan mobil bekas ini. Menurutnya, bimbingan Syahmud
merupakan pelajaran berharga baginya. “Saya sering dimarahi, tapi saya ambil
positifnya itu untuk kebaikan sehingga membuat saya jadi lebih hati-hati,”
katanya.
Kesalahan yang dilakukan membuatnya makin belajar. Baginya
mendapatkan ilmu itu lebih penting dan lebih berharga. “Kita kerja tanpa omelan
dari pimpinan tidak akan bisa pintar. Kerja tanpa masalah tidak akan maju. Ada
masalah justru tambah ilmu. Orang sukses karena dia punya ilmu. Ilmu tidak bisa
datang sendiri. Saya mulai menanamkan prinsip kerja itu pakai otak bukan otot,”
tegas Syahril.
Pengalaman demi pengalaman memberikan banyak pelajaran bagi
ayah 3 anak ini. Tahun 2000 Syahril pindah lagi di Indra Mobil, ditempatkan di
bagian penjualan. Hingga akhirnya dipercaya menjadi manager. “Pegang show room
di Indra Mobil. Sekitar 6 tahun saya di sana,” tambahnya.
Keinginan membuka usaha sendiri mulai tumbuh. Tahun 2006 dia
pun memberanikan diri untuk membuka usaha jual beli sepeda motor bekas. Berawal
dari 2 unit, bertambah 5 unit, tambah lagi 10 unit, hingga akhirnya bisa
menjual 30 unit. “Modal saya Rp 18 juta dari hasil kerja 6 tahun. Buka pondok
di Panorama. Alhamdulillah perkembangannya bagus,” ujar Syahril.
Satu tahun kemudian dia pun bisa menjalin kerjasama dengan
leasing dan pindah lokasi di Tanah Patah persis di depan kantor Federal
International Finance (FIF). “Mulai kerjasama dengan FIF. Pernah ditanya
pimpinan FIF waktu itu, modal kamu berapa? Saya jawab, modal uang tidak punya.
Tapi saya yakin dengan skill yang saya miliki,” ungkapnya.
Sejak bekerjasama dengan leasing, penjualan sepeda motor
bekas yang dikelolanya makin bergeliat. Bahkan kendaraan di show room bisa
tersedia 80 unit hingga 100 unit. Namun sayang, nasib baik tak selalu berpihak
padanya. Dia pernah ditipu Rp 25 juta. Cobaan itu dihadapinya dengan ikhlas.
Pengalaman bekerja di show room mobil membuat Syahril makin
mantap untuk beralih ke penjualan mobil. Dari 2 unit akhirnya bertambah 10.
Modal yang dikucurkannya pun sudah mencapai Rp 2 miliar. “Saya pindah ke Tebeng
tahun 2009. Masih jual sepeda motor, mobil masih satu dua unit. Tapi kini fokus
di mobil, sepeda motor sudah tidak lagi,” tutupnya.
Sumber: Harian rakyat bengkulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar